TANTANGAN MILITER HADAPI ENERGY SECURITY

Tantangan Global

Tantangan Global tidak dapat dihindari, termasuk fenomena “Geopolitics of Energy”. Dr. Frank Umbach seorang pakar di NATO School memberikan observasi bahwa “the united states is isolated from the world’s oil trade choke points because of its lengthy shipping lanes and diverse array of suppliers China and Japan, however don’t have the same luxury. Any disruption to trade in the Strait of Hormuz of the waterways near the Indonesian Archipelago would cut swiftly and deeply into those countries’ energy supplies”.

Mencermati fenomena China’s polar silk road six economic corridors Belt and Road initiative 2017 khusus pada koridor-4. China – Indo China Peninsula Corridor yang menyentuh Indonesia dalam konteks Laut China Selatan yang oleh AS diestimasikan cadangan minyak 11 billion barrel, estimasi China cadangan minyak 125 billion barrel, estimasi AS cadangan gas di Laut China Selatan 190 trillion cubic dan estimasi China 500 trillion cubic. Sepintas perlu mengamati Timur Tengah (middle east) dan Teluk Persia (Persian Gulf) telah terjadi berbagi dimensi konflik seperti Syrian Conflict, Kurdish – Turkey Pipe Line dan yang paling menonjol Rivalitas Energy antara Iran dan Saudi Arabia khususnya “Recent Major Attacks on its oil infra structure” Abqaiq dan Khurais.China’s Rising Energy – Security interlinkages with Greater Middle East. Turkey dan Rusia memperbaiki hubungan keduanya dari dimensi energi, sebaliknya Rivalitas  Uni Eropa dan Rusia di East Mediterranean Region.    

Determinant Factor of Global Energy 

Determinant Factor of Global Energy  dapat dikelompokkan pada 4 pemain utama, yakni AS akan alami kelimpahan shale oil and gas revolutions – China mendominasi rare earth elements of technology yang supply 85% kebutuhan global battery production Raw Material Technology dunia yang mana peluang bahan baku dapat diambil dari Indonesia, seperti Nikkel – Mangan untuk lithium production yang dibuat oleh China. Kemampuan produksi Saudi Arabia dan ambisi Iran di bidang minyak dan gas. Peran mereka akan berpengaruh langsung kepada global supply energy fossil, bahkan besar kemungkinan Global Power Struggle between the US and China akan memberikan dampak Geo-Economic dan Geo-Political kepada ASEAN termasuk Indonesia.

Energy Untuk Kebutuhan Militer 

Tidak dapat dihindari bahwa kebutuhan bahan bakar minyak  (Fuel) merupakan keperluan mutlak untuk latihan – manuver – memelihara kemampuan militer dan alutsista untuk mendukung operasi militer dan tactical power system. Belum lagi untuk mendukung berbagai instalasi operasional militer. Kebutuhan pemasokan energi untuk militer dengan jumlah dan waktu yang tepat merupakan “ A necessary component of national security”. Alutsista (alat utama sistem senjata) yang modern tentu saja memerlukan energi fosil yang intensif. Oleh karena itu suatu hal menjadi tantangan negara mencari solusi energi antara limitasi supply energi dengan pemenuhan kebutuhan “national security forces”.

Operational Energy untuk kebutuhan bahan bakar minyak (oil) diperuntukkan untuk ships – air craft – combat vehicles dan tactical power generator, inilah yang memerlukan prioritas penggunaan bahan bakar. Sedangkan untuk keperluan instalasi saatnya untuk melakukan penggantian menjadi renewable energy. Operational Energy Strategy ditujukan untuk meningkatkan future war fighting capability – identify and reduce logistics and operational risks also enhance mission effectiveness of the current force capabilities.

Dengan demikian perlu suatu negara mempersiapkan kebijakan to improve the energy efficiency and effectiveness of military forces capabilities.     

Energy Efficiency    

Perlu dipahami dalam geopolitics energy adalah komoditas strategis dan bagi militer energy adalah mutlak untuk suatu operasi militer. Oleh karena itu sangat diperlukan konsultasi kebijakan politik untuk menentukan ”offers continuum” bagi perencanaan dan kegiatan militer. Ada keperluan mendesak untuk memanfaatkan kepedulian dan melakukan efisiensi penggunaan energi bagi militer dan juga ikut berkontribusi dalam “critical energy infra structure protection”.

Untuk menunjang efisiensi meningkatkan kepedulian terhadap energy security diharapkan pengambil kebijakan militer mengaktifkan analisa strategis dan konsultasi dengan sektor lain untuk memulai mengelola science cooperation keperluan energy untuk infra struktur militer non alutsista dengan mengembangkan hybrid energy bersama private sectors dan International Organizations

Smart Energy Defence Capability 

Dengan kondisi Global Energy dari fosil cenderung menurun, maka perlu pemikiran ke depan dari negara untuk merumuskan strategi – kebijakan mengurangi fossil fuel consumption for Army – Navy and Force in camps/installations dengan melakukan perencanaan kerja sama daya energy bersama private sectors untuk suatu project energy membangun smart energy capabilities (hybrid energy) untuk memenuhi kebutuhan instalasi militer.
Tantangan suatu negara kelak di tengah krisis energy (oil) tetapi tetap harus memenuhi fuel demand of force operations namun harus mereduksi inefficient power consumption and distribution installations (camps) and inefficient equipment and infra structure, kalau tidak maka dangerous expensive supply chains will occurred. Have gotta have culture changed.    

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.